BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING
O L E H :
KELOMPOK IX
1.
SALMON.
A. LA’A NIM : 2010 – 42
– 085
2.
MELYANUS
MAIRUHU NIM : 2010 – 42 – 078
3.
MARLITA
BUNGAA NIM : 2010 – 42 –
001
4.
INDAH
P MAHARANI NIM :
2010 – 42 – 053
5.
MELISA
LENAHATU NIM : 2010 – 42 –
071
6.
MAIMUNA
ANGKOTASAN NIM : 2007 – 42 – 012
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan
dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber
Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat
nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang
melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh
prestasi belajar siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa
dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan
yang bagus akan membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih
baik.
Pada saat proses belajar–mengajar
berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa
yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk
mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa.
Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar
mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang
dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan
suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan
bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar – mengajar,
sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri siswa yang pada
akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa.
Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta
dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan
menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil
belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan,
metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru
diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam
proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip–prinsip belajar mengajar
serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip – prinsip belajar
mengajar dalam hal ini adalah model
pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas, maka permasalahan yang diangkat dari makalah ini adalah model
pembelajaran discovery learning.
C. Manfaat Penulisan
Adapun
manfaat dari makalah ini adalah sebagai masukan dan pertimbangan kepada
mahasiswa sebagai calon guru untuk menggunakan model pembelajaran discovery
learning.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembelajaran Discovery Learning
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu,
melalui keterlibatan siswa ssecara aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan
penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong
siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah
metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik
kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang
menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai
cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid
mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang
terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan
mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru.
Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan
suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau
proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran
yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran
penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan
aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran
yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum
diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi
sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa
yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan,
tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa
belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi.
Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.
B.
Tujuan
Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978)
mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni
sebagai berikut:
a. Dalam
penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
b. Melalui
pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi
konkrit mauun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan
c. Siswa
juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya
jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
d. Pembelajaran
dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif,
saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
e. Terdapat
beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
f. Keterampilan
yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih
mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar
yang baru.
C.
Strategi-strategi
dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dalam pembelajaran
dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi, strategi-strategi yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Strategi
Induktif
Strategi ini terdiri
dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian generalisasi
(kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai bukti,
hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan
menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan
itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan strategi
induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali” atau “mungkin”.
b. Strategi
deduktif
Dalam matematika
metode deduktif memegang peranan penting dalam hal pembuktian. Karena
matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode
deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika
yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan
untuk menemukan konsep-konsep lain yang
belum ia ketahui sebelumnya. Sebagai contoh, untuk menentukan rumus luas lingkaran,
siswa dapat diarahkan untuk membagi kertas berbentuk lingkaran menjadi n buah
sector yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk
seperti persegi panjang dan rumus keliling lingkaran yang sudah diketahui
sebelumnya, siswa akan dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah .
D.
Peranan
Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dahar
(1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan,
yakni sebagai berikut:
a. Merencanakan
pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah
yang tepat untuk diselidiki para siswa.
b. Menyajikan
materi pelajaran yang diperlukan sebagai
dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi
pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar
penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.
c. Guru
juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
d. Bila
siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi
ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru
sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
e. Menilai
hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis
besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi
dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.
E.
Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
·
Kelebihan discovery learning
1. Dapat
meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
2.
Dapat meningkatkan motivasi
3.
Mendorong
keterlibatan keaktifan siswa
4. Siswa
aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
5. Menimbulakan rasa puas bagi siswa. Kepuasan
batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya
meningkat
6.
Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai
konteks.
7.
Melatih siswa belajar mandiri
·
Kekurangan discovery learning
1. Guru
merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman antara guru dengan
siswa
2. Menyita
waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai
pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam
belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru
memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau
tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
3.
Menyita pekerjaan guru.
4.
Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan
5.
Tidak berlaku untuk semua topik .
F. Aplikasi
Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
a.
Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery
Learning
Seorang guru bidang
studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan
beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu:
a) Menentukan
tujuan pembelajaran.
b) Melakukan
identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan
sebagainya).
c) Memilih
materi pelajaran.
d) Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
generalisasi).
e) Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari siswa.
f) Mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g) Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam
Budiningsih, 2005:50).
b. prosedur aplikasi
discovery learning
Adapun menurut
Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan
atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum
adalah sebagai berikut:
a) Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada
tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198).
Tahap ini Guru
bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau
mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi.
b) Problem
statement (pernyataan/ identifikasi
masalah).
Setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
c) Data
collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung
guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
(Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau
membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan
untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca
literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).
d) Data
processing (pengolahan data).
Menurut Syah
(2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan.
Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan
mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis.
e) Verification (pentahkikan/pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan
agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih,
2005:41).
f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan
adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi
tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu
(Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan
salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.
Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru
mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan
memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri
mereka sendiri.
Pembelajaran penemuan
memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan
siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa
melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan
soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus
menganalisa dan memanipulasi informasi.
Pembelajaran penemuan
juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan
dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.
B. Saran
Karena model pembelajaran
discovery learning hanya dapat dipakai untuk materi materi tertentu, maka
seorang guru atau seorang calon guru disarankan agar mampu memilih dan memilah
materi mana yang tepat dan cocok yang dapat diterapkan dalam proses belajar
agar tidak menyita waktunya juga tidak hanya melibatkan beberapa siswa saja,
karena model pembelajaran discovery diperlukan keaktifan seluruh siswa.
Selain itu alat – alat
bantu mengajar (audio visual, dll)
haruslah diusahakan oleh guru atau calon guru yang hendak menerapkan metode
ini, tujuannya untuk memberikan siswa pengalaman langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/peningkatan-hasil-belajar-matematika
Elvira-yunita-utami.Penerapan Metode Dicsovery Learning pada Pembelajaran
Matematika dalam Usaha Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika Siswa Kelas
VIII SMP Neg 2 Pengasih Kabupatan.Kulon Progo
http-3A-2Findex-of-ppt.com-2FMetode-2Pembelajaran-2FDiscovery-2FLearning-2F
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar
dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University Press.
Top 10 best slots at Casumo Casino and Playtech Casino UK 2021
BalasHapusTop 10 best 울산광역 출장안마 slots 대전광역 출장샵 at Casumo Casino and Playtech Casino UK 2021 – Slots - Reviewed & Reviewed 안동 출장샵 ✓ Great 강원도 출장안마 Casino 충청북도 출장샵 Bonuses ✓ Available